Investor awal Bitcoin sekaligus miliarder, Chamath Palihapitiya, kembali bikin gebrakan. Ia baru saja mengajukan pembentukan perusahaan baru yang dinamakan American Exceptionalism Acquisition Corp A (AEXA).
Perusahaan ini adalah SPAC (Special Purpose Acquisition Company), atau sering disebut “blank check company,” yang tujuannya mengumpulkan dana dari investor untuk membeli perusahaan lain.
Berapa Dana yang Ditargetkan?
AEXA menargetkan pengumpulan dana sebesar $250 juta dengan cara menjual 25 juta saham seharga $10 per lembar di Bursa Efek New York (NYSE). Sahamnya akan menggunakan kode perdagangan AEXA.
Siapa yang Memimpin?
- Chamath Palihapitiya akan menjadi Chairman.
- Steven Trieu, Managing Partner di Social Capital, akan menjabat sebagai CEO.
Apa Fokus Bisnisnya?
Baca Juga Sertifikasi PCI DSS BingX Jadi Tolak Ukur Baru Keamanan Data Web3
SPAC ini tidak hanya fokus pada satu sektor, melainkan empat bidang inovasi utama:
- DeFi (Decentralized Finance): Solusi keuangan berbasis blockchain yang bertujuan menghilangkan perantara seperti bank.
- AI (Artificial Intelligence): Kecerdasan buatan.
- Energi: Terutama energi terbarukan.
- Pertahanan: Teknologi pertahanan modern.
Kenapa Fokus ke DeFi?
Meskipun Palihapitiya dikenal sebagai pendukung Bitcoin, ia dan Steven Trieu yakin bahwa DeFi adalah gelombang inovasi finansial berikutnya. Mereka melihat peluang besar dalam menghubungkan sistem keuangan tradisional (TradFi) dengan teknologi blockchain.
Mereka mencontohkan keberhasilan Circle Internet Group, penerbit stablecoin yang baru saja IPO. Circle dianggap berhasil mengurangi peran perantara TradFi dan memberikan biaya transaksi yang lebih rendah kepada konsumen, membuktikan bahwa integrasi ini sangat mungkin terjadi.
Perjalanan SPAC Palihapitiya: Ada yang Sukses, Ada yang Bubar
Palihapitiya punya rekam jejak yang beragam dalam memimpin SPAC.
SPAC yang Sukses:
- Social Capital Hedosophia Holdings V yang berhasil mengakuisisi SoFi Technologies.
SPAC yang Gagal:
- Beberapa SPAC miliknya seperti Social Capital Suvretta Holdings II, III, dan IV akhirnya dibubarkan karena gagal menemukan perusahaan target yang cocok.
Tantangan SPAC: SPAC memang punya tantangan besar, seperti batas waktu yang ketat untuk menemukan target, sulitnya menemukan perusahaan dengan valuasi yang realistis, dan pengawasan ketat dari regulator.
Dari “Crypto Dead” ke Optimisme Baru
Menariknya, langkah ini diambil setelah dua tahun lalu Palihapitiya pernah bilang bahwa kripto “mati di Amerika”. Pernyataan ini ia lontarkan saat Ketua SEC saat itu, Gary Gensler, gencar menggugat banyak perusahaan kripto.
Namun, sekarang situasinya berubah. SEC yang dipimpin oleh Paul Atkins dianggap lebih ramah kripto.
Mereka bahkan membatalkan beberapa kasus besar terhadap perusahaan seperti Coinbase dan Ripple, serta membentuk tim khusus untuk memberikan kejelasan aturan. Perubahan ini tampaknya membangkitkan kembali optimisme Palihapitiya terhadap sektor kripto.
