Walaupun ada sweet spot dari sisi hubungan internasional, ternyata ‘drama’ dari bank sentral AS (The Fed) jauh lebih mendominasi sentimen market.
Gencatan Senjata AS-Tiongkok!
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengumumkan bahwa AS dan Tiongkok sudah mencapai semacam “kesepakatan dagang” yang lumayan besar. Intinya, AS akan agak melonggarkan akses teknologi sensitif untuk perusahaan Tiongkok. Sebagai gantinya, Tiongkok akan santai soal ekspor rare earth minerals (bahan baku penting).
Biasanya: Kabar begini tuh kayak angin segar, sentimen positif banget buat aset berisiko kayak kripto karena ketegangan global mereda.
Nah, sayangnya, kabar baik tadi langsung ketutup sama hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC). Ketua The Fed, Jerome Powell, blak-blakan bilang bahwa para anggota FOMC masih beda pendapat soal potong suku bunga di Desember.
Bahkan, dia menekankan bahwa potong suku bunga “belum tentu terjadi—jauh dari kepastian!” Selain itu, The Fed juga kasih sinyal bakal mengakhiri Quantitative Tightening (QT) alias stop narik likuiditas dari market.
Masalahnya: Berakhirnya QT itu potensi positif, tapi ada jeda waktu (disebut lag) sebelum The Fed mulai lagi Quantitative Easing (QE) (injeksi likuiditas). Jeda ini yang bikin market takut dan bisa menekan harga kripto lebih jauh.
Dampak di Market: BTC Anjlok dan Likuidasi Massal!
Ketidakpastian ini langsung memicu likuidasi besar-besaran, totalnya lebih dari $1.1 Miliar posisi trading derivatif kripto dalam 24 jam!
Akibatnya, harga Bitcoin (BTC) langsung terjun bebas dan menembus batas penting, yaitu 200-day Exponential Moving Average (EMA). Hal ini bikin trader jadi khawatir bakal terulang skenario pahit tahun 2019 di mana BTC juga anjlok tajam setelah The Fed mengakhiri QT.
Situs web ini menggunakan cookies. Dengan melanjutkan penggunaan situs web ini, Anda memberikan persetujuan untuk penggunaan cookies. Kunjungi Privasi dan Kebijakan Cookie. Saya Setuju
CoinFolks Newsletter
Dapatkan berita terkini tentang kripto, NFT, web3, dan trading setiap minggu.