Federal Reserve (The Fed), sebagai bank sentral Amerika Serikat, dikenal memiliki dua mandat utama: menjaga stabilitas harga dan mendorong lapangan kerja maksimal. Kedua tujuan ini adalah fokus utama kebijakan moneter mereka.
Namun, terdapat satu mandat lain yang jarang dibicarakan, yaitu menjaga suku bunga jangka panjang tetap moderat. Mandat ini sebenarnya sudah tertulis dalam Undang-Undang Federal Reserve tahun 1913. Mandat ini sering diabaikan karena dianggap akan tercapai secara otomatis jika dua mandat utama lainnya sudah berhasil.

Kebijakan Moneter Agresif dan Peran Mandat Ketiga
Isu mandat ketiga ini kembali mencuat, khususnya di era pemerintahan Donald Trump. Mereka melihat mandat ini sebagai dasar hukum untuk The Fed menerapkan kebijakan moneter yang lebih agresif, seperti:
- Pengendalian kurva imbal hasil (Yield Curve Control): Ini adalah kebijakan di mana The Fed secara aktif membeli obligasi pemerintah dalam jumlah besar untuk menekan suku bunga jangka panjang.
- Perluasan quantitative easing (QE): Ini adalah program pembelian aset berskala besar yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah uang beredar di pasar.
Tujuan utama dari langkah-langkah ini adalah untuk menurunkan biaya pinjaman, termasuk biaya utang nasional AS yang kini telah mencapai $37,5 triliun, serta biaya hipotek (KPR) untuk mendorong pasar perumahan.
Baca Juga STOIC: Token yang Mengubah Pasar Kripto dengan Filosofi Stoikisme
Dampak terhadap Dolar dan Aset Digital
Kebijakan moneter yang sangat longgar ini dapat memiliki beberapa konsekuensi signifikan:
- Pelemahan Dolar AS: Kebijakan ini berpotensi memperlebar pasokan uang dan mengurangi daya tarik obligasi AS. Akibatnya, nilai dolar AS dapat melemah terhadap mata uang utama lainnya.
- Peningkatan Minat pada Kripto: Sebaliknya, kebijakan ini justru dianggap menguntungkan bagi pasar kripto, terutama Bitcoin. Banyak investor melihat aset digital sebagai lindung nilai (hedge) terhadap inflasi dan kebijakan moneter yang tidak konvensional. Beberapa tokoh di industri kripto, seperti pendiri Mind Network, menyebut kebijakan ini sebagai “financial repression,” sementara mantan CEO BitMEX, Arthur Hayes, bahkan memprediksi bahwa kebijakan pengendalian kurva imbal hasil dapat mendorong harga Bitcoin melampaui $1 juta.
Secara keseluruhan, pemanfaatan mandat ketiga ini dapat menandai pergeseran fundamental dalam pendekatan The Fed terhadap kebijakan moneter, dengan implikasi yang luas bagi nilai mata uang, pasar obligasi, dan aset-aset alternatif seperti kripto.