Tether, perusahaan di balik stablecoin terbesar di dunia, mengumumkan peluncuran stablecoin berbasis dolar AS baru bernama USA₮. Langkah ini juga diiringi penunjukan Bo Hines, mantan penasihat kripto Gedung Putih, sebagai CEO Tether USA.

USA₮: Komitmen Tether untuk Dolar AS
Menurut Tether, stablecoin baru ini akan mematuhi persyaratan cadangan dan standar kepatuhan yang ketat, sesuai dengan UU GENIUS yang baru disahkan. USA₮ juga akan memanfaatkan platform tokenisasi aset dunia nyata milik Tether yang dinamai Hadron.
Paolo Ardoino, CEO Tether, menegaskan bahwa peluncuran USA₮ adalah bentuk komitmen Tether untuk memastikan dolar tetap dominan di era digital. Hal ini sejalan dengan pandangan beberapa pejabat AS, termasuk Menteri Keuangan Scott Bessent, yang melihat stablecoin sebagai alat strategis untuk mempertahankan dominasi dolar.
Masuknya Bo Hines ke Kompetisi Stablecoin
Penunjukan Bo Hines sebagai CEO Tether USA juga menjadi sorotan. Sebelumnya, ia menjabat sebagai penasihat di Gedung Putih. Keputusannya kembali ke sektor swasta menunjukkan pentingnya stablecoin di mata para pembuat kebijakan AS.
Stablecoin kini dianggap sebagai isu geostrategis, tidak hanya di AS tetapi juga di negara-negara lain seperti Tiongkok.
Di sisi lain, muncul juga kekhawatiran dari beberapa pihak. Seorang penasihat senior Presiden Rusia Vladimir Putin, misalnya, menuduh AS menggunakan stablecoin sebagai alat untuk mengurangi beban utang negara.
Secara global, persaingan stablecoin semakin ketat. Hong Kong kini juga menarik minat bank-bank yang ingin meluncurkan stablecoin berbasis yuan, menambah dinamika baru dalam lanskap keuangan digital.