Malware baru bernama Styx Stealer telah ditemukan oleh Check Point Research. Malware yang baru ditemukan ini dapat mencuri berbagai macam data, termasuk asset kripto, melalui mekanisme yang dikenal sebagai clipping. Malware ini tersedia secara bebas dengan sistem sewa di situs web pengembangnya.
Pengguna Windows dengan sistem operasi yang diperbarui aman dari malware ini, karena Styx Stealer bergantung pada kerentanan di Microsoft Windows Defender yang sudah diperbaiki tahun lalu.
Baca Juga 5 Aplikasi Exchange Kripto Terlengkap Indonesia
Malware Ditingkatkan untuk Mencuri Kripto
Styx Stealer ditemukan karena pengembangnya mengalami kebocoran data saat debugging. Malware ini berasal dari malware lama yang disebut Phemedrone Stealer.
Styx Stealer mempertahankan fungsi Phemedrone Stealer, seperti mencuri kata sandi yang disimpan, cookies, autofill data, kripto wallet data, dan instant messaging session, sambil menggabungkan new detection evasion techniques dan menambahkan fungsi crypto clipper.
Clipping kripto terjadi ketika malware mengganti alamat wallet penerima kripto dengan alamat wallet milik hacker saat transaksi berlangsung.
Styx Stealer diluncurkan pada bulan April dan dapat dilisensikan seharga $75 per bulan atau $350 untuk lisensi lifetime. Harga dan fitur ini ditampilkan di situs web styxcrypter.com hingga tengah hari pada 16 Agustus, ketika informasi tersebut digantikan dengan informasi tentang produk lain.
Baca Juga Vitalik Buterin Donasi Sebanyak 200 ETH Ke Memecoin Bertema Hewan
Pembelian dapat dilakukan melalui Telegram menggunakan Bitcoin, Litecoin, Tron, Tether, atau Monero. Video penjelasan juga sempat tersedia di YouTube.
Peretasan pada Tahun 2024
Check Point Research mengidentifikasi delapan wallet yang diduga milik pengembang Styx Stealer yang berbasis di Turki, yang telah menerima sekitar $9.500 dalam bentuk kripto sebagai pembayaran untuk malware tersebut dalam dua bulan pertama operasinya.
Check Point Research juga berhasil mendapatkan akun Telegram, alamat email, nomor telepon, dan kontak dari pengembang tersebut.
Menurut laporan yang dirilis oleh Chainalysis pada 15 Agustus, aktivitas kripto yang sah tumbuh lebih cepat daripada aktivitas ilegal, meskipun nilai kripto yang diretas meningkat. Hal ini setidaknya sebagian disebabkan oleh pemulihan harga Bitcoin. Jumlah insiden peretasan pada tahun 2024 hanya meningkat sedikit dibandingkan tahun sebelumnya.