Jaringan World Wide Web, yang lebih umum dikenal sebagai Internet atau web, telah mengalami perubahan yang signifikan sejak pertama kali diperkenalkan sebagai Web1. Seiring dengan kemajuan teknologi dan evolusi kebutuhan pengguna, transformasi web menjadi sesuatu yang wajar.
Pada era Web1, pengguna dapat mengakses dan berinteraksi dengan konten secara sederhana. Kemudian, muncul Web2, yang dipengaruhi oleh perkembangan smartphone dan akses internet seluler, memungkinkan pengguna untuk tidak hanya mengonsumsi, tetapi juga menciptakan konten mereka sendiri. Saat ini, konsep terbaru yang disebut sebagai Web3 sedang muncul. Diharapkan bahwa iterasi terbaru dari Internet ini tidak hanya memungkinkan pengguna untuk mengakses dan membuat konten dan data, tetapi juga memiliki kendali penuh atasnya.
Web1
Web1, atau yang dikenal sebagai Web 1.0, mewakili era awal Internet yang terdiri dari halaman HTML statis yang menggunakan bahasa pemformatan web untuk menampilkan informasi secara online. Infrastruktur Web1 beroperasi sepenuhnya terdesentralisasi, memungkinkan siapapun untuk menghosting server, membangun aplikasi, dan menyebarkan informasi di Internet tanpa adanya penyensoran oleh pihak tertentu. Pengguna Web1 dapat melakukan pencarian informasi melalui browser web.
Tetapi, kelemahan Web1 terletak pada keterbatasan interaktivitas, di mana pengguna memiliki sedikit peluang untuk mengubah informasi dan berinteraksi dengan sesama pengguna. Komunikasi terbatas pada pesan obrolan sederhana dan forum, menjadikan partisipasi pengguna lebih sebagai pengamat daripada peserta aktif.
Web2
Dalam menghadapi permasalahan yang ada pada Web2, Web3 dianggap sebagai langkah evolusi yang logis untuk meningkatkan pengalaman pengguna di Internet. Dengan memanfaatkan teknologi peer-to-peer (P2P) seperti blockchain, virtual reality (VR), Internet of Things (IoT), dan perangkat lunak open-source, tujuan utama Web3 adalah untuk mengurangi dominasi perusahaan besar Web2. Melalui desentralisasi, Web3 bertujuan memberikan kembali kontrol kepada pengguna atas konten mereka dan hak kepemilikan atas data pribadi mereka.
Fitur kunci dari Web3 melibatkan:
Decentralized: Sebagai solusi terhadap sentralisasi pada Web2, desentralisasi menjadi elemen utama Web3. Dengan mengembalikan kendali atas data kepada pengguna, Web3 juga mengusulkan model di mana perusahaan harus membayar untuk mengakses data pengguna. Desentralisasi diharapkan dapat memfasilitasi akses ke pembayaran kripto langsung oleh siapa saja, dan menghilangkan kebutuhan akan perantara mahal dalam infrastruktur pembayaran tradisional Web2.
Permissionless: Web3 menjanjikan model partisipasi tanpa batasan dari entitas besar, memungkinkan siapapun untuk berinteraksi secara bebas dengan orang lain tanpa pembatasan yang dikenakan oleh perusahaan atau platform tertentu.
Trustless: Jaringan yang mendasari Web3 dirancang untuk memungkinkan pengguna berpartisipasi tanpa harus mempercayai pihak ketiga, selain jaringan itu sendiri. Dalam hal ini, teknologi blockchain dan cryptocurrency diharapkan memainkan peran penting.
Melalui konsep-konsep ini, Web3 diharapkan dapat membawa perubahan signifikan dalam cara kita berinteraksi dan berpartisipasi dalam ruang digital, dengan meminimalkan kontrol entitas besar dan meningkatkan keamanan dan kendali individual atas data dan konten.
Baca Juga: Bedah Crypto CyberConnect (CYBER)
Potensi manfaat Web3
Increase data security
Kelemahan data yang disimpan dalam database terpusat oleh perusahaan teknologi besar adalah kerentanan terhadap peretas, yang hanya perlu mengakses satu sistem untuk mencuri informasi pengguna. Dengan solusi terdesentralisasi untuk penyimpanan dan pengelolaan data, keamanan informasi pribadi dapat ditingkatkan secara signifikan.
True data ownership
Dengan salah satu fokus Web3 yaitu kepemilikan data, pengguna akan dapat memperoleh kembali kendali atas data mereka dan bahkan memonetisasinya jika mereka ingin melakukannya.
Control over the truth
Tanpa keberadaan kekuasaan pusat, pengguna tidak akan menjadi korban sensor yang tidak adil. Dengan minimnya kemampuan sensor atau penghapusan konten oleh pihak tertentu, perusahaan besar akan menghadapi kesulitan untuk mengendalikan naratif atau opini yang berkembang.
Finansial freedom
Web3 memberdayakan pengguna dengan memungkinkan mereka mengonsumsi, menciptakan, dan memiliki konten dan data mereka sendiri. Melalui dasar teknologi blockchain, akses ke ekosistem keuangan terdesentralisasi (DeFi) dan alat keuangan lainnya dapat dengan mudah diakses oleh pengguna.
Enhanced social interactions
Web3 terus mengintegrasikan teknologi baru seperti virtual reality (VR), augmented reality (AR), dan artificial intelligence (AI). Hal ini dapat meningkatkan interaksi sosial online, seperti yang terlihat dalam konsep metaverse. Metaverse, sebagai alam semesta virtual 3D, memungkinkan pengguna untuk bersosialisasi, bermain game, bekerja, dan bahkan membeli tanah virtual, menciptakan pengalaman digital yang lebih mendalam.
Kesimpulan
Web2 dan Web3 adalah dua versi internet yang berbeda. Web2 terpusat, artinya dikendalikan oleh perusahaan besar seperti Google dan Facebook. Hal ini menyebabkan beberapa masalah, seperti pelanggaran privasi dan penyensoran. Web3, di sisi lain, terdesentralisasi, artinya tidak ada satu pun perusahaan yang mengendalikannya. Hal ini berpotensi menyelesaikan masalah yang kita lihat di Web2 dan memberikan pengguna lebih banyak kontrol atas data mereka.