Beberapa hari setelah Jerman mengumumkan keberhasilan mereka dalam menghasilkan hampir $2,9 miliar dari penjualan Bitcoin yang disita, Amerika Serikat juga mengambil langkah serupa dengan memindahkan sebagian Bitcoin yang telah mereka sita. Langkah ini menarik perhatian banyak pihak dan memicu berbagai spekulasi, terutama di kalangan komunitas kripto. Apakah pemerintah AS berencana untuk menjual Bitcoin tersebut atau hanya melakukan pengelolaan internal masih menjadi tanda tanya besar.
Pemindahan ini menjadi topik hangat karena melibatkan jumlah Bitcoin yang signifikan. Menurut data on-chain dari Arkham Intelligence, hampir $4 juta dalam bentuk Bitcoin—sekitar 58.742 BTC—dipindahkan pada Senin sore ke sebuah dompet tanpa label. Pemindahan dalam jumlah besar ini menunjukkan bahwa pemerintah AS memiliki kendali atas aset digital yang substansial, dan tindakan mereka bisa berdampak besar pada pasar kripto global.
Pemindahan Bitcoin yang disita ini bukan hanya tentang transaksi finansial semata; ini juga mencerminkan kebijakan pemerintah dalam mengelola aset digital hasil dari aktivitas ilegal. Di saat yang sama, tindakan ini bisa memengaruhi harga Bitcoin dan memicu reaksi dari investor serta pelaku pasar lainnya. Fakta bahwa dompet asli telah dikosongkan menunjukkan langkah yang terencana dan terukur, meskipun tujuan akhirnya masih belum jelas.
Spekulasi mengenai apakah pemerintah akan menjual Bitcoin tersebut atau hanya mengamankannya di dompet baru terus berkembang. Penjualan besar-besaran oleh pemerintah bisa menyebabkan penurunan harga Bitcoin, sementara jika hanya dipindahkan untuk diamankan, dampaknya mungkin lebih minimal. Langkah ini menunjukkan betapa pentingnya pengawasan dan pengelolaan yang cermat dalam menangani aset digital, terutama yang berasal dari aktivitas ilegal. Dengan latar belakang ini, menarik untuk melihat bagaimana pemerintah AS akan mengelola Bitcoin yang disita ini ke depannya. Apakah mereka akan menjualnya untuk menambah kas negara, atau menyimpannya sebagai bagian dari strategi jangka panjang, keputusan ini akan memiliki implikasi besar bagi pasar kripto dan kebijakan pengelolaan aset digital di masa mendatang.
Pencucian Uang Lewat Bitcoin
Ayah Ryan, Joseph Farace, juga dihukum karena pencucian uang dan perdagangan hasil bitcoin yang dimaksudkan untuk penyitaan federal. Departemen Kehakiman AS berhasil memulihkan 2.933 BTC dari duo ayah-anak tersebut dan mengumumkan niatnya untuk melikuidasi aset tersebut pada bulan Januari tahun ini. Pergerakan dana terbaru, yang mungkin merupakan langkah awal menuju likuidasi, telah mengosongkan alamat dana yang disita dari Ryan Farace dari alamat “3B2jEBZi8fJWGEDrh6Pe7hDMaJ6iGfFtaU”. Langkah ini mewakili kurang dari 1% dari volume perdagangan harian bitcoin yang saat ini melebihi $35 miliar, menurut data dari Coingecko.
Dengan demikian, potensi likuidasi dana melalui platform Coinbase diperkirakan tidak akan berdampak signifikan terhadap harga spot bitcoin, berbeda dengan penjualan besar-besaran BTC yang baru-baru ini dilakukan oleh pemerintah negara bagian Saxony di Jerman. Saxony menjual 49.858 BTC antara 19 Juni dan 12 Juli, yang menyebabkan penurunan harga spot token tersebut hingga mencapai titik terendah sekitar $53.500. Saat ini, mata uang kripto utama berdasarkan nilai pasar diperdagangkan pada harga $67.450. Sementara itu, pemerintah AS masih memegang lebih dari 213.000 BTC, yang bernilai lebih dari $14 miliar.
Kondisi ini mencerminkan dinamika pasar yang kompleks, di mana keputusan pemerintah untuk menjual aset kripto yang disita dapat memicu reaksi berantai di pasar. Namun, dalam kasus ini, dampaknya tampaknya minimal. Penjualan yang dilakukan oleh Saxony menunjukkan bahwa likuidasi dalam jumlah besar dapat menyebabkan fluktuasi harga yang signifikan, namun situasi yang berbeda mungkin berlaku untuk likuidasi yang lebih kecil dan terencana dengan baik seperti yang dilakukan oleh Departemen Kehakiman AS.
Baca juga Airdrop Tidak Sesuai Ekspektasi, Pixelverse Kena Boikot Oleh Airdrop Farmer