Teknologi deepfake dan kripto menjadi senjata utama dalam kejahatan siber modern. Di Hong Kong, polisi baru-baru ini membongkar sindikat besar yang menggunakan deepfake untuk menipu korban dan meraup $46 juta dalam skema investasi kripto palsu. Para pelaku menggunakan teknologi canggih untuk menyamar sebagai wanita menarik dalam panggilan video, memikat korban pria muda dari seluruh Asia.
Modus ini berhasil membangun hubungan emosional sebelum akhirnya menjebak mereka dalam investasi kripto yang menipu. Penggerebekan besar-besaran yang dilakukan pada 9 Oktober 2024 melibatkan lebih dari 100 detektif dari Kepolisian Hong Kong. Mereka menargetkan sebuah pusat operasi penipuan di Hung Hom, Kowloon, di mana sindikat tersebut beroperasi dari sebuah bangunan industri seluas 4.000 kaki persegi.
Dari sini, para pelaku menargetkan korban di berbagai negara Asia, termasuk Taiwan, Singapura, India, dan China daratan. Selama tahun 2024, penipuan investasi kripto semakin meningkat, dengan 2.700 laporan kasus yang menyebabkan kerugian mencapai HK$ 1,7 miliar. Sepertiga dari aktivitas penipuan tersebut terjadi di New Territories, wilayah tempat sindikat ini beroperasi.
Strategi Cinta Palsu dan Skema Kripto yang Menjerat
Para pelaku memanfaatkan kombinasi teknologi dan manipulasi emosional untuk menjerat korban. Mereka memulai dengan menghubungi korban melalui platform media sosial, mengirimkan gambar wanita menarik yang dibuat menggunakan AI untuk membangun kepercayaan. Teknologi yang mereka gunakan, Deep Art, menciptakan profil yang tampak sempurna, menggambarkan sosok yang berpenampilan menarik, berpendidikan, dan memiliki karier yang sukses.
Setelah korban merasa jatuh cinta, pelaku mulai membujuk mereka untuk berinvestasi dalam skema kripto yang menjanjikan keuntungan besar dalam waktu singkat. Modus ini dikenal sebagai pig-butchering, di mana korban terus dimanipulasi untuk menginvestasikan lebih banyak uang hingga mereka menyadari bahwa uang mereka tidak dapat diakses kembali.
Para pelaku bukan hanya memanfaatkan emosi korban, tetapi juga sangat terlatih. Sindikat ini merekrut lulusan universitas dengan pengalaman di media sosial dan perdagangan kripto, memberikan mereka pelatihan khusus untuk berinteraksi dengan korban, serta menyempurnakan kemampuan teknis dalam menggunakan teknologi deepfake.
Deepfake yang Menciptakan Realitas Palsu
Teknologi deepfake memainkan peran penting dalam penipuan ini, dengan kemampuan untuk memalsukan penampilan dan suara dalam panggilan video. Pelaku penipuan menciptakan persona deepfake yang tampak nyata, menambah keyakinan korban bahwa mereka sedang berbicara dengan seseorang yang nyata. Penggunaan deepfake ini menjadi bagian dari strategi penipuan, yang semakin sulit dideteksi oleh korban.
Sindikat ini juga menciptakan platform investasi kripto palsu yang tampak profesional dan sah, memanfaatkan alamat IP luar negeri untuk memberikan ilusi bahwa investasi mereka berbasis di luar negeri. Hal ini memperkuat kepercayaan korban bahwa mereka berpartisipasi dalam investasi yang menguntungkan dan sah.
Organisasi sindikat ini juga sangat terstruktur, dengan pembagian tugas yang jelas antara bagian pelatihan, operasi penipuan, dukungan teknis, dan akuntansi. Anggota sindikat diberi insentif besar, hingga 40% dari hasil penipuan, untuk memotivasi mereka agar bekerja lebih keras dan mencapai target.
Dampak dan Upaya Penegakan Hukum
Kasus ini menunjukkan betapa seriusnya ancaman penipuan berbasis kripto dan deepfake. Hong Kong, sebagai pusat keuangan global, menjadi target utama bagi penipu kripto yang memanfaatkan teknologi canggih. Penggunaan deepfake dalam penipuan telah meningkatkan skala kejahatan ini, dengan kerugian finansial yang signifikan bagi individu maupun perusahaan.
Polisi Hong Kong telah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi kejahatan siber, termasuk penangkapan besar-besaran pada Oktober 2024 yang berhasil mengungkap lebih dari 100 ponsel, perangkat komputer, serta barang-barang mewah hasil penipuan. Barang-barang tersebut ditemukan di pusat operasi sindikat di Hung Hom, di mana para pelaku menjalankan operasinya.
Kasus ini menjadi peringatan bagi publik tentang betapa bahayanya penipuan kripto yang menggunakan teknologi deepfake. Dengan berkembangnya teknologi, masyarakat harus lebih waspada terhadap janji-janji investasi yang terdengar terlalu baik untuk menjadi kenyataan, dan terus meningkatkan kewaspadaan terhadap manipulasi digital di dunia maya.