Kecepatan Peretas Ungguli CEX, Pencucian Aset Kripto Tak Terbendung

Kecepatan Peretas Ungguli CEX, Pencucian Aset Kripto Tak Terbendung

Laporan terbaru dari Global Ledger, sebuah perusahaan analitik blockchain asal Swiss, mengungkap fakta mengejutkan: lebih dari $3,01 miliar aset kripto lenyap dicuri dalam 119 insiden peretasan selama paruh pertama tahun 2025 saja! Angka ini bahkan sudah melampaui total kerugian sepanjang tahun 2024.

Tapi, yang lebih bikin khawatir bukan cuma angkanya yang fantastis, melainkan kecepatan kilat para peretas dalam mencuci dana hasil curiannya.

Peretas Makin Lincah: Dana Langsung Lenyap dalam Hitungan Menit!

Laporan Global Ledger ini benar-benar membuka mata. Mereka menganalisis data on-chain dari setiap insiden dan menemukan bahwa para peretas kini memindahkan dana curian lewat mixer, bridge, dan exchange tersentralisasi (CEX) hanya dalam hitungan menit! Seringkali, dana sudah raib sebelum insiden peretasan bahkan diumumkan ke publik.

Sistem Keamanan Kripto Kalah Cepat?

Dengan kecepatan dan kecanggihan peretas yang makin menjadi-jadi, sistem Anti-Money Laundering (AML) dan penyedia layanan aset virtual (VASP) kini kesulitan banget untuk mengimbanginya.

Exchange Tersentralisasi (CEX) Jadi Sasaran Empuk dan Punya Tanggung Jawab Baru

Baca Juga Pembayaran dan AI Jadi Penggerak Utama Adopsi Kripto di 2025

Laporan ini juga menyoroti peran centralized exchange (CEX). Sebanyak 15,1% dari total dana hasil pencucian mengalir melalui CEX. Tim kepatuhan di CEX ini hanya punya waktu 10-15 menit untuk memblokir transaksi mencurigakan sebelum dana lenyap tak terlacak.

CEX tetap jadi target utama peretas, menyumbang 54,26% dari total kerugian di 2025. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding eksploitasi kontrak token (17,2%) atau pembobolan dompet pribadi (11,67%).

Sistem kepatuhan berbasis ticketing yang masih banyak dipakai CEX dinilai sudah nggak memadai. Laporan ini menyarankan agar CEX mulai pakai sistem pemantauan dan respons otomatis secara real-time untuk mendeteksi dan menghentikan aktivitas ilegal secepat mungkin. Intinya: kecepatan harus dilawan dengan kecepatan!

Apalagi, regulasi baru seperti Genius Act yang baru ditandatangani Presiden AS Donald Trump pada 18 Juli 2025, makin menekan exchange dan VASP untuk patuh pada aturan AML yang lebih ketat dan merespons aktivitas mencurigakan dengan lebih cepat.

Kasus Roman Storm: Titik Balik Tanggung Jawab di Dunia Kripto?

Persidangan yang sedang berlangsung terhadap pengembang Tornado Cash, Roman Storm, juga jadi perhatian besar. Kasus ini mempertanyakan: Haruskah pengembang dan platform bertanggung jawab atas aktivitas ilegal yang sebenarnya bisa mereka cegah?

Jaksa AS yakin jawabannya “ya.” Mereka bilang Storm punya kemampuan untuk mencegah penggunaan ilegal platformnya tapi memilih untuk tidak melakukannya. Storm menghadapi dakwaan konspirasi pencucian uang, karena platformnya,

Tornado Cash, diduga memfasilitasi lebih dari $1 miliar transaksi ilegal, termasuk dana dari grup peretas Korea Utara, Lazarus Group. Jika terbukti bersalah, Storm bisa dipenjara hingga 45 tahun.

Kasus Storm ini berpotensi jadi momen penting yang bakal menentukan masa depan pengembangan open-source dan alat privasi di dunia kripto. Banyak yang khawatir memenjarakan pengembang hanya karena menulis kode bisa jadi preseden berbahaya yang menghambat inovasi.

Exit mobile version