Hubungan antara Presiden Donald Trump dan Elon Musk mengalami keretakan besar yang terjadi secara terbuka dan dramatis pada hari Kamis. Ketegangan ini dipicu oleh kritik tajam Musk terhadap rancangan undang-undang pajak dan anggaran yang didukung Partai Republik—sebuah pilar utama dari agenda ekonomi Trump di masa jabatan keduanya.
Sebagai balasan, Trump mengancam akan mencabut kontrak pemerintah senilai miliaran dolar yang dimiliki Musk, sementara Musk menuding Trump telah berkhianat secara politik dan bahkan menyatakan bahwa Trump tak akan memenangkan pemilu tanpa dukungannya.
Ketegangan semakin memuncak ketika Musk membuat pernyataan mengejutkan melalui platform media sosial X, dengan menuding bahwa nama Trump tercantum dalam dokumen rahasia terkait kasus Jeffrey Epstein—seorang taipan yang meninggal dunia dalam tahanan federal pada 2019 saat menghadapi dakwaan perdagangan seks.
“@realDonaldTrump ada dalam dokumen Epstein. Itulah alasan sebenarnya dokumen itu belum dibuka ke publik,” tulis Musk. “Selamat menikmati harimu, DJT!”
Meski pemerintahan Trump sebelumnya menjanjikan transparansi soal kasus Epstein, pada Februari lalu Departemen Kehakiman (Department of Justice) hanya merilis sebagian kecil dokumen yang tidak disensor, dan langkah tersebut menuai kritik dari kelompok konservatif yang menginginkan keterbukaan penuh.
Tak lama setelah itu, Trump membalas lewat Truth Social. Ia menyayangkan sikap Musk yang tiba-tiba berbalik arah dan tetap membela rancangan undang-undang tersebut, menyebutnya sebagai “salah satu RUU terbaik yang pernah diajukan ke Kongres.” Musk lalu menyatakan dukungan terhadap sebuah unggahan yang menyerukan agar Trump dimakzulkan (impeached) dan digantikan oleh Wakil Presiden JD Vance.
Perseteruan ini tampaknya dipicu oleh keberatan Musk terhadap penghapusan subsidi energi bersih dari RUU tersebut—yang berdampak langsung pada bisnis Tesla. Trump mengklaim bahwa Musk sudah dilibatkan dalam penyusunan RUU sejak awal, namun Musk membantah dan menyatakan bahwa ia tak pernah melihat isi RUU itu sebelum disahkan secara terburu-buru di malam hari.
Dalam serangkaian unggahan, Musk melontarkan kritik keras terhadap RUU tersebut dan menyebutnya sebagai “tumpukan proyek boros menjijikkan (mountain of disgusting pork).” Ia juga menyatakan bahwa tanpa dukungan politik dan finansial darinya—yang disebut mencapai sekitar $277 juta pada tahun 2024—Trump tidak akan bisa menang dalam pemilu. “Sungguh tidak tahu berterima kasih,” ujar Musk.
Trump membalas dengan mengatakan bahwa dirinya sudah lama berencana menghapus mandat kendaraan listrik (EV Mandate), dan bahwa Musk “mulai menyebalkan.” Ia juga menyarankan agar pemerintah menghentikan seluruh subsidi dan kontrak federal untuk perusahaan-perusahaan milik Musk: “Cara termudah untuk menghemat miliaran dalam anggaran adalah dengan mencabut subsidi dan kontrak pemerintah untuk Elon. Saya heran Biden tidak melakukannya!”
Baca Juga Bybit Perkuat Pertahanan Usai Peretasan Kripto Terbesar Kedua dalam Sejarah
Akibat pernyataan tersebut, saham Tesla langsung anjlok hingga 18% dalam perdagangan sesi malam. Musk awalnya merespons dengan mengumumkan bahwa SpaceX akan mulai menghentikan operasional wahana luar angkasa Dragon yang biasa digunakan NASA, namun beberapa jam kemudian ia mengubah keputusan dan berkata, “Saran bagus. Oke, Dragon tidak jadi kami hentikan.”
Sementara itu, Wakil Presiden JD Vance menyatakan dukungannya kepada Trump melalui X, meskipun tidak menyebut nama Musk secara langsung.
Pecahnya hubungan ini menjadi kontras dengan momen seminggu sebelumnya, ketika Trump memberikan “kunci kehormatan Gedung Putih” kepada Musk sebagai bentuk apresiasi atas kontribusinya dalam Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE – Department of Government Efficiency). Masa tugas Musk sebagai pegawai pemerintah khusus juga telah berakhir karena ia sudah mencapai batas hari kerja yang diizinkan secara hukum.
Perselisihan ini menimbulkan pertanyaan tentang apakah Partai Republik masih dapat bersatu mendukung RUU tersebut, yang menjadi inti dari agenda legislatif Trump. Meskipun begitu, pimpinan Kongres dari Partai Republik tetap melanjutkan pembahasan, dan Ketua DPR Mike Johnson dijadwalkan akan bertemu dengan Musk dalam waktu dekat untuk membicarakan jalan keluar.
Dalam pertemuan dengan Kanselir Jerman Friedrich Merz di Gedung Oval, wartawan menanyakan tentang perselisihan Trump-Musk. Pertemuan yang seharusnya membahas isu perdagangan dan geopolitik pun berubah fokus menjadi isu domestik.
Merz bahkan memberikan hadiah berupa salinan akta kelahiran kakek Trump dalam versi bahasa Jerman dan Inggris sebagai simbol penghormatan.
Sementara itu, tarif impor sebesar 50% dari Amerika Serikat terhadap barang-barang dari Uni Eropa dijadwalkan mulai berlaku pada 9 Juli. Namun, penerapannya sempat ditunda setelah Trump berbicara dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen. Uni Eropa sendiri telah menyatakan akan menyiapkan “langkah balasan” atas kebijakan tarif tersebut.